Enak juga. Simpel. Menyebut kasus suap senilai 6 miliar Rupiah kepada seorang Jaksa penyidik Kejaksaan Agung bernama Urip Tri Gunawan, dengan nama 'kasus Jaksa Urip'. Buat reporter radio enak juga nyebutnya singkat tapi langsung mengena.
Koran atau media 'online' pernah mencoba mengangkat kasus ini dengan nama 'the six billion dollar man' untuk jaksa urip sesuai besar uang suap yang ia terima, yang mengingatkan pada sebuah judul film di tahun 70-an. Buat reporter radio atau mungkin TV lebih enak menyebut kasus'Jaksa Urip'. Karena seringnya menyebut kasus 'Jaksa Urip' kadang jadi canggung menyebut nama belakang mas Urip.
Bukan hanya orang media. Pejabat pemerintah pun juga lebih enak menyebut kasus 'Jaksa Urip'. Menkopolkam Widodo AS kemarin seusai rapat soal BLBI di kantornya, juga menyebut kasus 'Jaksa Urip' sebagai perhatian utama pemerintah saat ini.
Dulu waktu kasus suap jaksa sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmad Junaedi, terdakwa kasus korupsi Jamsostek, sulit untuk mengingat nama kedua jaksa yang menerima suap, Burju Roni dan Cecep Sunarto. Rasanya kurang enak menyebut kasus ini dengan menonjolkan dua nama jaksa itu seperti halnya menyebut 'Jaksa Urip'. Misalnya dengan menyebut Jaksa Cecep, tentu yang di Bandung sana merasa risih namanya disebut-sebut. Atau misalnya nama jaksa itu Sitorus, maka menyebut jaksa Sitorus juga kurang enak bagi Bang Sitorus yang lain.
Nama 'Urip' kayaknya udah pas untuk jadi headline media. Kalau di radio bunyi nama itu mudah tersangkut ditelinga. Sepertinya kayak udah disetting aja, bahwa the bad guy di kasih nama urip. Media jadi mudah beramai-ramai menstruktur 'jaksa urip' sebagai maling yang pantas untuk segera dihakimi massa. Nama 'Urip' memang nama orang Indonesia sekali.
Jadi ingat film seri Judge Bao. Dalam film itu Judge Bao diceritakan sebagai hakim yang adil dan tegas. Nama Judge Bao memberi aura positif terhadap institusi peradilan. Itu cerita di negeri sana, bukan di sini. Kalau di sini sulit mengangkat tokoh-tokoh yang bisa dibanggakan dari dunia hukum. Polisi namanya dah jelek dengan banyaknya 'damai' di jalan waktu di tilang, percaloan SIM, dll yang masih seabreg. Apalagi Jaksa, ditambah kasus Jaksa Urip. Hakim? waduh kayaknya ada juga kasus-kasus hakim yang bermasalah.
Jadi kalau dilihat-lihat lagi, yang buruk itu sebenarnya ada pada kata 'Jaksa' atau nama 'Urip' nya ya? Yah sama-sama kali ya. Wallahualam.
Kamis, Maret 13, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar